JAKARTA, iNewsLutra.id - Manusia dan seluruh mahluk yang ada di bumi tentunya membutuhkan pancaran sinar matahari, namun bisa kah anda membayangkan jika dibelahan bumi ini ada sebuah kota yang tidak mendapat matahari hingga 83 hari. Masyarakat di kota ini menciptakan teknologi berupa matahari buatan.
Lantas di mana kota tanpa matahari itu? Berikut ulasannya.
Viganella, Italia. Kota ini terletak di Provinsi Verbano-Cussio-Ossola, sekitar 120 meter timur laut Turin dan sekitar 30 kilometer barat laut Verbania. Kota ini tidak memiliki matahari selama 83 hari. Dikutip dari berbagai sumber, Kotamadya Viganella, Italia terletak di lembah yang dalam. Sinar matahri terhalang gunung hingga enam bulan setiap tahun.
Untuk menerangi kota saat musim dingin dan gelap, masyarakat membangun terknologi berupa cermin raksasa yang dikendalikan komputer. Teknologi ini berfungsi melacak matahari dan memantulkan cahaya matahari seluas 600 meter persegi ke kota yang ada di bawahnya.
Kota tanpa Matahari dihuni sejak abad ke-13
Berdasarkan arsip sejarah, Kota Viganella telah dihuni sejak abad ke-13 yang berarti generasi penduduk setempat telah menghabiskan lebih dari 800 musim dingin dalam kegelapan.
Setiap tahun, masyarakat melihat matahari terbenam 11 November dan sinarnya kembali muncul pada 2 Februari. Saat sinar matahari kembali memancarkan cahaya warga mengenakan pakaian adat dan merayakan ritual tradisi pagan.
Ide Wali Kota setempat.
Pada 1999, seorang arsitek lokal, bernama Giacomo Bozani mengusulkan ke Wali Kota Franco Midali untuk memasang jam matahari, namun ditolak.
Franco Midali akhirnya meminta kepada Bozani untuk membawa matahari ke Viganella dengan memasang cermin besar di salah satu puncak di atas kota yang berfusngsi memantulkan cahaya ke alun-alun kota utama.
Pada 17 Desember 2006 Gagasan tersebut akhirnya terwujud. Dibantu insinyur Gianni Ferrari cermin itupun dirancang Bozani dengan biaya €100.000.
Lebar delapan meter dan tinggi lima meter, cermin memantulkan sinar matahari selama enam jam sehari, mengikuti rotasi matahari di langit.
Meski cahahaya yang dipantulkan tak sekuat sinar matahari langsung namun cahaya yang dihasilkan dapat menghangatkan alun-alun utama kota dan rumah warga setempat. sistem kerja cermin raksasa ini mengandalkan program perangkat lunak yang membuatnya berotasi. Cermin hanya digunakan di musim dingin dan tetap tertutup sepanjang tahun.
Cermin raksasa di Kota Viganella ini ternyata menginspirasi kota-kota lain dengan kondisi geografis yang sama.
Pada 2013, konsep cermin yang serupa juga dipasang di Rjukan, Norwegia. Desa ini terletak di lembah di selatan-tengah Norwegia. Sementara di Desa Seydisfjordur, Islandia juga memiliki geografis yang sulit mendapat sinar matahari.
Lokasinya di fyord yang sangat sempit menyulitkan desa ini mendapatkan sinar matahari langsung. Dimusim panas 2008, penduduk mencoba meminta pemerintah Islandia memajukan jam nasional dua jam di musim panas agar bisa dapat menikmati sedikit sinar matahari usai bekerja, tetapi sejauh ini permohonan yang diajukan ini tidak berhasil.
Artikel ini telah tayang di www.inews.id dengan judul " Fakta Menarik Kota Tanpa Matahari Selama 83 Hari, Kini Ciptakan Matahari Sendiri "
Editor : Nasruddin