get app
inews
Aa Text
Read Next : Rutan Masamba Bagikan Surat Pemberitahuan Pemungutan Suara Untuk WBP

Berikut Sejarah Pulau Libukang Palopo, Pulau Kecil yang Unik dan Sakral

Jum'at, 28 Juli 2023 | 15:44 WIB
header img
Festival Pulau Libukang dalam rangka peringati hari jadi Kota Palopo ke 21 (Foto: Nasruddin Rubak)

Pulau kecil nan sakral, yang terletak disebelah timur kota ini, dengan hamparan luas saat ini ± 8 Ha, merupakan kebanggaan yang tersendiri bagi para pewarisnya. Dahulunya Pulau ini terbagi atas tiga wilayah, yang pertama Kampong Tengngah, kedua Kampong Alau’ dan ketiga Kampong Orai’. Setiap kampung memiliki pemimpin, namun kesemuanya tetap patuh pada Khalifah. Di pulau ini terdapat 3 (tiga) Batu Lakumba’ (sumber mata air tawar).

Leluhur To Libukang itu pandai berdagang, menangkap ikan untuk dimakan bersama, mahir bela diri, kami mengenal 12 jurus silat yang hingga kini masih diteruskan dan mereka gemar bermain bola, lapangan bola yang masih membekas di Kampong Tengah adalah saksi bisunya.

Seorang Wija tidak diperkenankan meninggalkan kampung kalua ia dinilai belum cakap pemahaman tauhidnya. Maka ilmu agama ditanamkan sejak dini lewat pendekatan Tasawuf oleh para pendahulu.

Dalam mythologi dikisahkan bahwa Pulau Libukang yang dihuni sejak ratusan tahun silam oleh para leluhur To Libukang, merupakan bekas lapukan dari salah satu diantara 7 (tujuh) buah kapal Sawerigading, setelah kembali dari pelayaran panjangnya.

Sebagaimana telah dikisahkan dalam sure’ I La Galigo, bahwa pada masa tuanya, Sawerigading pernah Kembali ke Tana Luwu untuk menobatkan cucunya La Tenritatta menjadi Raja Luwu, dan setelah itu ia menghilang (tinrelle’) di sungai cerekang.

Dalam cerita orang tua kami, pulau ini pertama kali dihuni oleh Nenek Pokko’, seorang pendekar tua dengan badan kecil-pendek dan isterinya Bernama Nenek Kinocamborong. Nenek Pokko’ sendiri merupakan inisial, karena beliau mempunyai jemari yang tidak lengkap, sebab terluka setelah ‘duel maut’ dengan seseorang sakti yang mengusik Datu Luwu kala itu. 

sumber lain mengatakan bahwa datu luwu mengadakan sayembara untuk menangkap/membunuh seorang “penjahat” yang sangat meresahkan kedatuan luwu kala itu. Dari mereka berdua lahir-lah anak yang kemudian juga melahirkan generasi berikutnya hingga kini.

Dalam catatan Gubernur Celebes Tahun 1888, DF Van Braam Morris, menyebutkan pada saat itu ada sekitar 400 orang yang bermukim di Pulau Libukang, belum termasuk mereka yang telah pindah dan membuka perkampungan pesisir di Penggoli, Tappong, PonjalaE, Campa, kampong beru, Bola Sada, Balandai, Batu dan Songka.

Pada masanya, Pulau Libukang menjadi salah satu tempat Syiar Islam di Tana Luwu. Para Leluhur To Libukang dikenal sebagai pengamal ajaran Tarekat Khalwatiyah Samman di Tana Luwu, Khalifah yang melegenda yakni Nenek Pua’ Hawang (Puang Hawang) merupakan tokoh sentral yang paling banyak diceritakan.

Editor : Nasruddin

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut