”Kalau yang saya tahu, industri tambang di sini sudah 54 tahun. Tapi danaunya masih seperti ini. Airnya masih bening. Pengolahannya baik. Ini salah satu kolaborasi antara industri tambang dan industri pariwisata yang sinergis. Biasanya selalu bertentangan. Ini merupakan model pengembangan potensi daerah untuk masyarakat. Tambangnya bermanfaatkan bagi masyarakat juga. Bisa disalurkan ke desa wisata sekitarnya. Jika desa wisatanya berkembang bisa merekrut pekerja warga sekitar. Terjadi hubungan mutualisme,” beber Indra.
Dalam kesempatan tersebut, rombongan juga melihat kolam Mata Air Laa Laa. Mata air ini mengalir ke rumah warga, dan memiliki keunikan yaitu jika berteriak Bura-Bura, maka akan mengeluarkan gelembung air.
Bicara soal potensi wisata, desa tersebut terkenal sebagai danau tektonik purba terdalam di Asia Tenggara dan berada di urutan ke-8 di Dunia. Selain karena bentang alamnya yang khas, Desa Matano juga menjadi bukti sejarah lahirnya peradaban pandai besi. Saat ini, Desa Matano tengah mempersiapkan diri sebagai Geowisata di Indonesia.
Untuk menuju Desa Wisata Matano Iniaku, wisatawan membutuhkan waktu tempuh perjalanan 60 menit dari Ibukota Kabupaten Luwu Timur. Lalu dilanjut dengan perjalanan air selama 60 menit, menyeberangi Danau Matano menggunakan perahu.
Editor : Nasruddin
Artikel Terkait