Berikut Sejarah Pulau Libukang Palopo, Pulau Kecil yang Unik dan Sakral

Nasruddin Rubak
Festival Pulau Libukang dalam rangka peringati hari jadi Kota Palopo ke 21 (Foto: Nasruddin Rubak)

Dalam kehidupan Wija To Libukang sosok Khalifah memiliki kedudukan penting yang tidak dapat dipisahkan dengan masyarakatnya, To Risurona PuangE na Anak Mangajinna. Khalifah sendiri berarti Pemimpin, bukan hanya sebagai pemimpin komunitas seperti biasa, ia juga mengajarkan ilmu agama dan menjaga kemaslahatan.

Sosok Khalifah, memiliki kharisma yang kuat bagi para pengikutnya, mempunyai pemahaman tauhid yang mendalam, menjadi solusi dalam setiap masalah, serta mampu bersikap arif dan bijaksana dalam menilai setiap persoalan yang dihadapi oleh Anak Manggajinna. Atas itulah Wija To Libukang sangat patuh kepada Khalifahnya.

Hingga saat ini masyarakat, rumpun keluarga besar Wija To Libukang masih berpegang teguh terhadap prinsip-prinsip yang telah diwariskan oleh pendahulunya, yang tua tetap dituakan.

Bagi mereka menjaga tali silaturrahmi dan menghormati Khalifah, merupakan bahagian untuk saling mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hingga saat ini persatuan itu tetap terjaga, meskipun secara geografis kami telah terpisah-pisah, secara politik dan latar belakang keilmuan kami berbeda, tetapi yakinlah, Pulau Libukang dan Masjid Penggoli merupakan simbol perekat yang semakin tua, semakin berwibawa dimata para penerusnya.

Pada momen-momen tertentu kami menyempatkan ke pulau ini, berziarah ke makam leluhur yang dibalut silaturrahmi sesame keluarga, dan bagi mereka yang ada di perantauan, ketika pulang kampung masih menyempatkan ma’berejama’ (berjamaah) di Masjid Penggoli, berzikir sampai menggetarkan hati, berdo’a bersama, mendengarkan petuah agama dan tak sadar air 

mata pun jatuh, ketika rasa rindu terbayarkan, mengenang masa-masa saat bersama orang tua kami yang telah pergi.

Dalam kesusastraan To Libukang, dikenal kesusastraan klasik yang disebut ‘Pappessang’, yang didalam Bahasa Indonesia disebut sebagi pesan atau wasiat, yang mengandung ajaran moral bernafaskan Islami, hal tersebut dapat dipahami karena seratus persen para leluhur To Libukang menganut Ajaran Islam.

Dari banyaknya pappessang yang telah ditinggalkan oleh pendahulu kami, untuk penutup, izinkan saya mengutip salah satunya “Sipakalebbi’ Ko ri Alebbiremmu, Sipakka Ade’ Ko ri Pangngadaremmu”.

Editor : Nasruddin

Sebelumnya
Halaman : 1 2 3 4

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network