Politisi Partai NasDem ini menegaskan pihaknya tidak menutup diri terhadap aspirasi masyarakat. Ia mengatakan telah berupaya memfasilitasi pertemuan, bahkan melibatkan Sekretariat DPRD dan aparat keamanan sebagai bentuk keterbukaan.
“Kami minta agar hanya perwakilan yang masuk, tapi mereka tidak mau. Saya sendiri tidak tahu alasan pastinya. Mereka malah memilih meninggalkan lokasi daripada berdialog,” lanjutnya.
Darwis mengungkapkan kronologi insiden pemukulan meja yang terjadi dalam forum tersebut bermula saat para mahasiswa terus-menerus melontarkan pertanyaan seolah menuduh dirinya alergi terhadap aksi unjuk rasa.
"Kemarin memang tidak berjalan alot karena mereka minta kita eksekusi kebijakan pusat. Sementara kebijakan pusat kita ada prosedurnya harus bersurat. Ini kan isu nasional bukan cuman di Kota Palopo, tapi mereka tujuannya lain sampai keluar kata-kata yang seharusnya tidak dikeluarkan dalam forum apalagi mereka ini membawa naungan mahasiswa Islam," katanya.
Menanggapi tudingan dirinya bersikap arogan, Darwis menegaskan seluruh anggota DPRD Palopo terbuka terhadap aspirasi. Namun ia berharap para mahasiswa juga bisa menghormati forum resmi DPRD dan menjaga etika dalam menyampaikan pendapat.
"Mereka ini generasi penerus dari mahasiswa Islam, tapi sikapnya tidak mencerminkan itu. Saya suru saja minta maaf tidak mau malah ketawa-ketawa, Coba. Bukan hanya saya yang merasa tersinggung, hampir semua anggota dewan disitu marah,” ujarnya.
“Saya framing seperti itu, saya anggap itu risiko sebagai pejabat publik. Apa pun itu, menyampaikan aspirasi adalah hak prerogatif mereka. Yang jelas, kami 25 anggota DPRD Palopo siap menerima aspirasi dari siapa pun dengan tangan terbuka,” tutup Darwis.
Editor : Nasruddin
Artikel Terkait