PALOPO,iNewsLutra.id - Pesta politik tahun 2024 bukan hanya momen penting bagi rakyat Indonesia, tetapi juga menjadi sorotan bagi lebih dari 60 negara di dunia.
Di balik kemeriahannya, terdapat pelajaran berharga yang bisa dipetik, terutama bagi para praktisi politik, kandidat, dan calon legislatif maupun eksekutif.
Ironi Kemenangan dan Kekalahan
Pesta demokrasi ini menghadirkan ironi dimana selalu ada yang menang dan kalah. Jika mengatakan "demokrasi adalah pemenangnya" terasa munafik, karena setiap kemenangan pasti diikuti oleh kekalahan. Bahkan, pemenang pun akan merasakan akhir masa jabatannya, yang juga bisa dianggap sebagai kekalahan.
Kekalahan membawa risiko yang tak terhindarkan, baik secara sumber daya maupun psikis. Tidak semua orang mampu menghadapinya dengan tegar.
Pengalaman Pahit dan Manis
Dengan pengalaman merasakan getirnya kekalahan dan manisnya kemenangan memberikan pelajaran berharga. Bagi saya kemenangan bukanlah jaminan kebahagiaan, melainkan awal dari perjuangan yang sesungguhnya.
Perjuangan ini bukan hanya tentang merealisasikan janji politik, tetapi juga tentang bertindak adil dan bijaksana dalam situasi sulit, terutama ketika dihadapkan dengan kepentingan politik.
Godaan Kekuasaan
Tantangan terbesar dalam politik adalah godaan. Karpet merah, kursi di atas panggung, pidato, cium tangan, tepuk tangan, kata-kata manis, hidangan lezat dan ajudan di setiap sudut adalah contoh godaan yang nyata.
Menghadapinya tidak mudah dan dapat memicu rasa bangga, sombong dan jumawa. Ini menjadi pengalaman dan tantangan bahkan ketika hanya sebagai wakil walikota. Menjaga kerendahan hati menjadi kunci untuk tidak terlena dalam godaan tersebut.
Pesan untuk Calon Pemenang
Bagi calon pemenang pesta politik 2024, Ome berpesan:
Bersiaplah untuk kalah. Bagi yang merasa akan menang, bersiaplah untuk jatuh sejak sekarang. Bayangkan jika jabatan itu dicabut suatu saat.
Editor : Nasruddin