Kematian sebagai Keniscayaan: Apa Aktivitas Orang yang Telah Meninggal Menurut Ajaran Islam?

Nasruddin Rubak
Ilustrasi (Foto: iNews.id/Reuters).

JAKARTA, iNewsutra.id - Kematian merupakan suatu kenyataan yang tak terhindarkan bagi setiap individu. Namun, apa yang menanti seseorang setelah meninggal dunia? Setiap makhluk hidup, termasuk manusia, pasti akan menghadapi kematian, sebuah hak yang pasti akan terjadi. Namun, waktu kematian tetap menjadi rahasia Ilahi yang tak diketahui oleh siapapun.

Allah SWT dalam Al-Quran, Surat Al-Ankabut ayat 57, menyatakan bahwa setiap jiwa akan merasakan mati, dan akhirnya, semua akan kembali kepada-Nya (Al-'Ankabut: 57). Dalam ajaran Islam, orang yang telah meninggal diyakini beralih dari dunia ke alam barzah sebelum dibangkitkan pada hari kiamat untuk dihisab atas amal perbuatannya. Setelah meninggalkan dunia fana, orang yang telah meninggal menantikan hari kiamat dan dikumpulkan di Padang Mahsyar. Namun, apa aktivitas manusia yang telah meninggal?

Menurut "Ritual dan Tradisi Islam Jawa" karya KH Muhammad Sholikin, roh dan jasad orang yang telah meninggal saling bertemu dan menceritakan pengalaman di dunia serta keadaan ketika mereka masih hidup. Di dalam kubur, mereka juga melihat tempat yang akan dihuni setelah dibangkitkan. Amal saleh membawa seseorang ke surga, sementara dosa dan amal buruk membawa ke neraka.

Rasulullah SAW dalam hadisnya menjelaskan bahwa setiap hari kubur akan menunjukkan tempat seseorang pada pagi dan sore hari. Jika termasuk penghuni surga, surga akan diperlihatkan, dan jika termasuk penghuni neraka, neraka akan terlihat. Bersamaan dengan itu, ada suara yang berseru, menunjukkan tempat kembali di hari kiamat. Dengan demikian, manusia mengetahui penempatannya berdasarkan amal perbuatannya di dunia saat berada di dalam kubur.

Dalam sebuah hadis, kubur berseru kepada manusia setiap hari sebagai rumah kesendirian dan kesedihan, tempat kalajengking dan ular. Ini merupakan ujian bagi kaum mukmin saat menghadapi malaikat maut, pertanyaan Munkar dan Nakir, serta saat menghadapi hisab di hari kiamat. Ini meneguhkan hati kaum mukmin dalam menghadapi perjalanan menuju kehidupan sesudah mati dalam konsep Islam.

Ditemui oleh Dua Malaikat: Pengalaman Kaum Mukmin dalam Menghadapi Kematian

Allah memberikan kekuatan kepada kaum mukmin dengan menyuguhkan pertemuan mereka dengan dua malaikat dalam tiga konteks penting:

Peliharaan dari Kekafiran dan Istiqamah dalam Bertauhid: Kaum mukmin dipertahankan dari kekafiran dan diberikan taufik serta keteguhan dalam memegang tauhid. Sehingga, saat roh mereka dicabut, mereka tetap berada dalam pangkuan Islam.

Ucapan Selamat dari Malaikat sebagai Rahmat Allah: Malaikat memberikan selamat kepada mereka sebagai tanda mendapat rahmat Allah. Keberuntungan ini mencakup perlindungan dan keberkahan dalam kehidupan setelah mati.

Melihat Tempat di Surga: Kaum mukmin diberi kesempatan melihat tempat mereka di surga, menjadikan kuburan sebagai kebun surga. Ini merupakan bentuk janji Allah terhadap orang-orang beriman.

Menurut Ibnu Qayyim, roh manusia setelah dicabut terbagi menjadi dua: roh yang merasakan kenikmatan dan roh yang mendapat siksa. Ruh yang merasakan siksa tidak dapat kembali dan bertemu dengan jasadnya, sementara yang merasakan kenikmatan diberikan waktu untuk kembali.

Ruh dan jasad saling bertemu, bercerita tentang pengalaman di dunia, dan keadaan saat mereka masih hidup. Hadits shahih, seperti yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, menggambarkan perjalanan roh manusia setelah kematian. Rasulullah Saw. mengajarkan doa perlindungan dari azab kubur, memperkuat keyakinan akan malaikat yang menyambut roh dengan kain dan wewangian surga.

Sebagai pelengkap, Al-Quran dalam Surat Al-Fajr ayat 27-30 menggambarkan momen ketika malaikat turun kepada jiwa yang baik, membawa kain kafan dan wewangian surga. Malaikat maut pun memberikan kabar gembira kepada jiwa yang akan kembali kepada Allah dengan rida-Nya, sesuai firman-Nya dalam ayat tersebut.

Perjalanan Ruh Setelah Kematian: Sebuah Epik Menuju Surga

Pengalaman setelah kematian merupakan perjalanan mistis yang dirinci dengan indah dalam ajaran agama. Sebuah perjalanan yang dimulai ketika roh keluar dengan mudah seperti tetesan air dari wadah minuman, diambil oleh malaikat maut. Malaikat tersebut tidak membiarkannya berada di tangan mereka sekejap pun. Mereka dengan cepat memasukkan roh tersebut ke dalam kain kafan dan wewangian surga.

Ketika roh ini keluar, terciumlah aroma minyak kesturi terharum di muka bumi. Setiap langit yang dilewati diiringi pertanyaan malaikat yang ingin tahu, "Siapakah pemilik roh yang wangi ini?" Jawaban dari malaikat yang mendampingi adalah dengan menyebutkan nama terbaik pemilik roh tersebut yang dikenal di dunia.

Perjalanan roh tidak berhenti begitu saja, melainkan melibatkan tujuh langit. Setiap langit diikuti oleh para malaikat yang mendiami langit tersebut. Allah mencatatkan bagi hamba-Nya yang beriman sebagai pemilik tempat di surga Illiyyin.

Namun, perjalanan itu belum selesai. Setelah mencapai puncak langit ketujuh, roh dikembalikan ke bumi dan masuk kembali ke dalam jasadnya. Allah menciptakan manusia dari tanah dan akan menghidupkannya kembali dari tanah lain, seperti yang dinyatakan dalam Surat Thaha ayat 55.

Setelah kembali ke bumi, malaikat-malaikat mendatangi individu yang baru saja meninggal. Dalam pertanyaan mereka, aspek fundamental agama Islam diajukan: Tuhan, agama, dan Rasul. Jawaban yang benar memicu berbagai kenikmatan surgawi, dan kuburnya diperluas sejauh mata memandang.

Seorang lelaki tampan dan harum bermunculan, menyambut individu tersebut dengan kabar gembira dan mengidentifikasi dirinya sebagai amal saleh yang dipersembahkan oleh si mati. Puncak kebahagiaan dirasakan ketika individu itu meminta agar hari kiamat tiba lebih cepat untuk bisa bersatu kembali dengan keluarga dan harta bendanya.

Namun, kontrast yang mencolok terlihat bagi seorang kafir. Ketika mereka menghadapi akhirat, malaikat-malaikat hitam turun membawa karung kasar, mengisyaratkan kegelapan dan siksaan yang menanti mereka. Sebuah gambaran dramatis tentang perjalanan setelah kematian, yang terpapar dengan detail dalam ajaran agama.

Perjalanan Roh Menuju Kehancuran: Gambaran Gelap Kematian yang Menyiksa

Perjalanan roh setelah kematian tak selalu dipenuhi dengan kebahagiaan surgawi. Ada yang harus merasakan kesakitan dan siksaan yang mengguncangkan. Sebuah narasi kelam muncul ketika malaikat maut mendekati jiwa yang penuh dosa.

Malaikat-malaikat duduk di dekatnya, sejauh mata memandang, menyaksikan momen tegang ketika malaikat maut duduk di dekat kepala jiwa tersebut. Firman keras terucap, "Hai jiwa yang buruk, keluarlah kamu menuju kepada murka dan benci Allah!" Rohnya menolak, terpencar di seluruh tubuhnya, tetapi malaikat maut mencabutnya dengan paksa, seperti mencabut tusuk sate dari kain basah.

Saat perjalanan menuju langit pertama, pertanyaan terdengar dari setiap kumpulan malaikat, mengecam jiwa yang buruk ini. Identitasnya disebutkan dengan sebutan terburuk yang pernah melekat padanya di dunia.

Namun, sampai di langit pertama, harapan padanya pupus. Rasulullah Saw. membacakan firman Allah yang menggambarkan bahwa bagi mereka yang durhaka, pintu-pintu langit tidak akan terbuka, sesuai dengan Al-A'raf: 40. Kepastian keburukan ditulis dalam Sijjin di lapisan bumi terbawah dan rohnya dicampakkan dengan kasar.

Dalam pertanyaan malaikat berikutnya, ketidaktaatan jiwa itu semakin jelas. Jawabannya yang tidak tahu atas Tuhan, agama, dan Rasul menyulut kemarahan. Hamparan neraka pun dibuka, dan suara dari langit menyatakan kebohongannya. Panas neraka dan asapnya mencengkeramnya, menghancurkan tulang-tulang iganya.

Kedatangan lelaki berwajah buruk menyampaikan kabar buruk pada jiwa tersebut. Ia mengingatkan bahwa hari ini adalah hari yang dijanjikan kepadanya, hari siksaan. Jiwa itu memohon agar hari kiamat tidak tiba, namun keputusan sudah tak terelakkan. Perjalanan roh ini, sebuah gambaran kelam kematian yang menyiksa, menjadi peringatan bagi setiap jiwa akan akhirat yang menanti.

Rahasia Kematian dalam Perspektif Islam: Harumnya Akhir yang Mulia

Sebuah tradisi Islam menggambarkan momen kematian sebagai perjalanan roh yang membawa harumnya akhir yang mulia. Dalam kitab Sahih Ibnu Hibban, Rasulullah Saw. menjelaskan bahwa ketika nyawa seorang mukmin akan dicabut, malaikat rahmat mendatangi dengan membawa kain sutra putih.

"Mukmin, keluarlah menuju nikmat Allah!" seru malaikat dengan lembut. Ruhnya pun menyebarkan aroma harum, seiring dengan bau minyak misk (kesturi). Malaikat berkumpul, saling menerima dan mencium bau yang terpancar. Setiap langit yang mereka lewati, malaikat yang menghuni langit tersebut bertanya tentang aroma harum yang datang dari bumi.

Perjalanan berlanjut ke arah roh-ruh kaum mukmin yang menyambutnya dengan sukacita luar biasa. Mereka bertanya tentang kehidupan dunia yang baru saja ditinggalkan. Beberapa roh mengusulkan agar ruh baru tersebut beristirahat karena pernah mengalami kesulitan.

Namun, saat diketahui bahwa dia telah meninggal, sebagian lain menyatakan bahwa kesulitannya telah hilang di dasar bumi. Ini adalah pemandangan penuh cinta dan kasih sayang di dunia akhirat.

Sebaliknya, bagi orang kafir, malaikat azab mendatangi dengan membawa karung. Seruan keras, "Keluarlah kamu menuju kepada murka Allah!" diikuti oleh keluarnya roh dengan bau bangkai yang sangat busuk. Perjalanan menuju pintu bumi sebagai akhir yang kelam.

Perjalanan ini, sebagaimana dijelaskan dalam hadits shahih, mengingatkan kita akan pentingnya beribadah dan berbuat kebajikan sebagai bekal di kehidupan setelah mati. Mari tingkatkan amal saleh dan keimanan untuk meraih akhir yang harum di sisi Allah.

Wallahu A'lam

Artikel ini telah tayang di www.inews.id dengan judul " Aktivitas Orang yang Sudah Meninggal Menurut Islam, Apa Saja yang Dialami? "

 

Editor : Nasruddin

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network